Daftar Isi [ Buka ]
Setelah sebelumnya murid atau salik (penempuh jalan spiritual) melalui tahapan/ tangga spiritual Tidak curang dalam pekerjaan maka tahapan selanjutnya adalah Salik mampu Menundukkan Hawa Nafsunya.
Nafsu adalah bagian dari jiwa manusia yang selalu mengajak kepada kejahatan
dan penyelewengan. Untuk bisa mencapai Hadhirat Ilahy yang suci,
seorang Salik harus mampu menundukkan dorongan-dorongan nafsu
ini.
Sahal At- Tastary berkata; "Sejelek-jelek maksiat adalah menurutkan bisikan nafsu. Banyak manusia yang tidak menyadari akan hal ini. Bila seorang murid/ salik mampu menjaga dirinya dari gejolak nafsu dan melakukan dzikir, hatinya menjadi bersinar dan terjaga. Setan lari menjauh, sehingga gejolak perasaannya menjadi ringan. Saat itu, ia menjadi mudah untuk menundukkannya".
Cara Menundukkan Nafsu
1. Mengurangi makan
Untuk menundukkan nafsu, caranya dengan mengurangi makan; sedikit demi
sedikit. Berpuasa dan menahan lapar. Ini penting, sebab gejolak nafsu memang
tidak bisa ditundukkan selain dengan lapar. Dengan mengurangi makan, maka
energi nafsu menjadi lemah sehingga akhirnya mudah ditundukkan.
Dalam kitabnya "Futuhat Al-Makkiyah", Muhyiddin ibn Arabi
menceritakan bahwa ketika pertama kali menciptakan nafsu, Tuhan bertanya,
"Siapa Aku?". Nafsu membangkang dan balik bertanya, "Siapa pula aku ini".
Tuhan murka, kemudian memasukkan nafsu dalam lautan lapar sampai 1000
(seribu) tahun. Kemudian diangkat dan ditanya lagi, "Siapa Aku". Setelah
dihajar dengan lapar barulah nafsu mengakui siapa dirinya dan Tuhannya.
"Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Agung, dan aku hamba-Mu yang lemah".
Sejalan dengan itu, Abu Sulaiman Ad-Daroni juga berkata, "Kunci dunia adalah kenyang dan kunci akherat adalah lapar".
Maksudnya, Allah memberikan ilmu dan hikmah pada orang-orang yang lapar
(puasa) dan menjadikan kebodohan dan tindak kemaksiatan pada mereka yang
kenyang. Makan kenyang dan nafsu adalah dua komponen yang saling
mendukung.
Yahya ibn Muadz Ar-Rozi menyatakan, "kenyang ibarat api, sedang nafsu ibarat kayu kering. Kayu nafsu yang
membara karena energi makanan tidak akan mati sampai membakar habis orang
bersangkutan."
Sejalan dengan pernyataan di atas, Sahal ibn Abdullah menyatakan, "siapa yang makan lebih dari dua kali sehari, maka hendaknya ia bersiap
menjadi kuda liar".
2. Mengurangi tidur dan melakukan amalan-amalan yang berat
Untuk menundukkan dorongan-dorongan nafsu, selain dengan lapar, juga dengan
bangun --sholat-- malam (mengurangi tidur) dan melakukan amalan-amalan yang
berat.
Nafsu bisa diibaratkan sebagai anak sapi yang nakal. Untuk menundukkannya,
anak sapi perlu dilaparkan, dibutakan kedua matanya dan di putar-putar pada
gilingan kosong sambil dipukuli. Setelah sekian lama, ia akan menjadi tunduk
dan penurut. Saat itu, barulah dilepaskan penutup kedua matanya.
Begitu pula, untuk menundukan nafsu, seorang Salik harus sedapat
mungkin mengurangi tidurnya. Tidur adalah ibarat mati. Waktu tidur,
seseorang tidak bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat, baik untuk
kepentingan dunia maupun akhirat. Memilih tidur daripada bangun untuk sholat
malam, berarti sama dengan menurutkan hawa nafsu. Juga merupakan petunjuk
bahwa dalam diri Salik belum ada rasa cinta kepada Allah.
Sebaliknya, dengan bangun sholat malam, akan menghancurkan dan melepaskan
manusia dari empat unsur kejadiannya; air, tanah, udara dan api.
Selanjutnya, mereka akan mampu naik keatas dan melihat alam malakut;
alam "atas" yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Sedemikian, sehingga ia akan semakin bergairah dalam mencari keridloan
Allah.
Abu Hasan Al-Azzaz menyatakan, persoalan ini (manusia mampu mencapai alam
malakut) dibangun atas tiga hal; tidak makan sampai merasa lapar,
tidak tidur sampai sangat kantuk dan tidak berbicara bila tidak perlu.
Karena itu, sebagaimana dikatakan Ibn Al-Hawari, seorang yang ingin masuk
Hadlirat Ilahy tetapi tidak meninggalkan tiga masalah; pengaruh
harta, makan dan tidur, maka itu berarti omong kosong.
Demikianlah, sudah seyogyanya bagi salik mampu menundukkan nafsunya agar dapat sampai pada Hadhirat ilahi dengan cara mengurangi makan sedikit demi sedikit, mengurangi tidur dan mengamalkan amalan-amalan berat.
Wallaahu A'lam bish Showaab
By : Al Hikmah Tegal
--------------------------
Daftar Pustaka :
Al-Minah al-Saniyyah 'ala al-Washiyyah al-Matbuliyyah, Syaikh Abdul Wahhab Al- Sya'rani